Sampai Mana Batas Toleransi AI untuk Karya Akademik?
28/9/2025, 12.31 oleh Admin ERPN Store
Jasa Cek Plagiasi
Pastikan karya tulis Anda bebas plagiat dengan tool pengecekan terpercaya kami!
Cek SekarangLayanan AI
Tingkatkan produktivitas menulis dengan layanan AI terdepan dari ERPN Store!

Sampai Mana Batas Toleransi AI untuk Karya Akademik?
Di era digital sekarang, teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT, Gemini, dan lainnya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mahasiswa. Bayangkan tugas yang memakan waktu berjam-jam bisa selesai dalam hitungan menit, ataupun banyak ide baru muncul saat kamu sedang mencari inspirasi. Di balik kemudahan ini, terdapat pertanyaan yang sering muncul yaitu sampai mana batas toleransi penggunaan AI untuk karya akademik? Apakah AI hanya boleh jadi alat bantu saja, atau justru bisa menjadi bentuk kecurangan yang merusak integritas akademik? Di artikel ini akan membahas berbagai aspek tersebut, mulai dari panduan penggunaan yang benar hingga batasan toleransi yang umum di lingkungan kampus. Yuk, simak selengkapnya!
Mana yang Boleh dan Mana yang Tidak untuk Batas AI Karya Akademik?
Penggunaan AI dalam karya akademik merupakan area abu-abu yang memerlukan pemahaman etika dan regulasi. Maka, penting untuk memahami pembagian antara penggunaan AI yang etis dan yang melanggar. Berikut adalah contoh mana yang boleh (do's) dan mana yang tidak (don'ts) berdasarkan panduan umum dari institusi perguruan tinggi.
Do’s:
Brainstorming Ide dan Outline: AI bisa menghasilkan ide awal atau struktur tulisan.
Proofreading dan Editing: AI dapat memeriksa grammar, gaya bahasa, atau memberikan saran perbaikan kalimat.
Membantu Memahami Konsep Sulit: Kalau ada teori atau konsep yang bikin pusing, AI bisa menjelaskannya dengan bahasa yang lebih sederhana.
Ringkasan Literatur: AI bisa merangkum teks panjang menjadi poin-poin kunci, membantumu memahami materi dengan cepat.
Don’ts:
Menghasilkan karya akademik sepenuhnya dengan copy-paste semua teks hasil AI sekaligus.
Menggantikan proses berpikir dengan menggunakan AI untuk menyimpulkan argumen atau data analisis, karena AI tidak bisa menggantikan kemampuan manusia dalam berpikir mendalam.
Menulis keseluruhan tugas hasil AI tanpa adanya modifikasi.
Mengasumsikan hasil AI selalu benar tanpa cek fakta, karena bisa ada kesalahan atau bias yang nggak kelihatan.
Seberapa Jauh Batas Toleransi AI pada Karya Akademik?
Batas toleransi penggunaan AI dalam karya akademik biasanya diukur melalui alat deteksi konten AI-generated, mirip dengan pemeriksaan plagiarisme menggunakan tools seperti Turnitin. Secara umum, banyak institusi merekomendasikan agar konten hasil AI tidak melebihi 20-30% dari karya tugasmu. Angka ini bukan aturan baku, melainkan panduan untuk menjaga keseimbangan antara bantuan teknologi dan kontribusi pribadi. Jika batas ini terlampaui, bisa muncul konsekuensi beragam yaitu mulai dari peringatan, pengurangan nilai, hingga sanksi berat yang tergantung pada tingkat pelanggaran dan kebijakan institusi.
Penerapan Batas Toleransi Penggunaan AI di Kampus Indonesia
Beberapa institusi kampus di Indonesia sudah menerapkan kebijakan khusus mengenai penggunaan AI untuk menjaga integritas akademik. Berikut adalah contohnya:
Universitas Indonesia (UI): UI telah mengeluarkan Peraturan Rektor Nomor 16 Tahun 2025 yang mengatur penggunaan generative AI dalam karya ilmiah. Kebijakan ini menekankan bahwa AI boleh digunakan sebagai alat bantu, tetapi harus melalui pengakuan secara transparan oleh mahasiswa, verifikasi dan parafrase, serta pengecekan kemiripan untuk menghindari plagiarisme.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Kampus ini menjadi pelopor di pendidikan tinggi Islam dengan Keputusan Rektor No.127/2025 tentang penggunaan Generative AI dan Large Language Models (LLMs) dalam kegiatan akademik dan non-akademik. Kebijakan ini menuntut atribusi yang jelas saat menggunakan AI dalam tugas harian, skripsi, atau publikasi ilmiah.
